INTEGRASI PEMUDA DALAM FUTURE LEADER SUMMIT 2013


Semarang  lebih dari tiga ratus anak muda di Indonesia berkumpul untuk berintegrasi dan menciptakan inisiatif bagi bangsa Indonesia di Future Leader Summit. Setelah sukses digelar tahun 2011 dan 2012 lalu, tahun ini Future Leader Summit (FLS) kembali hadir untuk ketiga kalinya. Penulis dalam hal ini sebagai salah satu delegasi Future Leader Summit, representatif dari UNJ bersama Tommy. Penulis berasal dari Fakultas Ilmu Sosial, sedangkan Tommy dari Fakultas Bahasa dan Seni.

Pertemuan pemuda tingkat nasional iniberlangsung selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 18-19 Mei 2013, di Hotel Grand Candi, Semarang, Jawa Tengah. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan UNFPA, Pertamina, Asosiasi Duta Wisata Indonesia (Adwindo), dan Ford Foundation. Mengangkat tema “Integrating Youth Action for Nation”. FLS 2013 mencoba untuk menumbuhkan inisiatif pemuda dalam melakukan perubahan. Perhelatan ini diharapkan dapat membuka kesempatan anak muda dalam mengetahui potensi diri sejak awal, yang kemudian dapat lebih dikembangkan.

Ketua Panitia FLS 2013, Muhammad Ibnu Sina, menuturkan sebagai negara berpopulasi keempat terbanyak di dunia, data dari UNFPA Indonesia menunjukkan lebih dari 60 juta penduduk Indonesia adalah pemuda. “Tingginya angka pemuda di Indonesia, menimbulkan dampak positif lahirnya berbagai aktivitas sosial yang dimotori pemuda Indonesia dari berbagai daerah. Hal ini tentu akan menghasilkan dampak sangat positif apabila menjalin jejaring kepemudaan, bukan tidak mungkin setelah FLS 2013 mereka bisa bersinergi untuk membuat sebuah suatu kolaborasi aksi. Saya berharap FLS 2013 bisa memberi dampak yang signifikan bagi pemuda Indonesia.”

Ibnu menambahkan, FLS juga bertujuan untuk mencetak para pemimpin muda yang dapat membawa perubahan di lingkungan mereka sesuai dengan bidang yang mereka didiminati. “Para peserta mayoritas berasal dari Pulau Pulau Jawa, namun tidak sedikit pula yang berasal dari Bali, Sumatera, dan sejumlah daerah lainnya di Indonesia. Tahun ini merupakan sebuah inovasi baru karena kami melaksanakan kegiatan selama dua hari untuk memfasilitasi rekan-rekan dari luar jawa untuk berjejaring di ajang ini. Apapun passionnya tetaplah berkontribusi dan berguna bagi orang banyak di sekitar kalian.”

Mencoba untuk semakin mengoptimalkan anak muda Indonesia, FLS 2013 hadir dengan konsep yang lebih inovatif. Bila tahun sebelumnya hanya berlangsung sehari, FLS 2013 kali ini diselenggarakan selama dua hari, dan memberi banyak kegiatan bagi pemuda untuk berbagi dan berintegrasi. Tahun ini, pembicara yang diundang antara lain Usmah Hamid (Change.org), Ainun Chomsun (Akademi Berbagi) dan Dennis Adishwara serta berbagai pembicara lainnya.

Sekilas Tentang Future Leaders Summit 2013
Future Leader Summit (FLS) adalah konferensi paralel tingkat nasional yang diperuntukkan bagi pemuda di Indonesia untuk membahas berbagai macam permasalahan di Indonesia dan bersama-sama menemukan solusi pemecahan masalahnya. Selama dua hari, 300 peserta terpilih dari berbagai penjuru Indonesia akan membahas 6 isu penting di Indonesia. Diantaranya adalah Pendidikan, Kesehatan, HAM, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Seni budaya.

Kegiatan apa saja yang terdapat di Future Leaders Summit akan dikemas melalui lima rangkaian kegiatan, yaitu 
-      City Tour: Peserta yang terbagi kedalam beberapa isu akan mengunjugi tempat-tempat inspiratif sesuai dengan isu yang dipilih. Selain itu, para peserta diajak berkeliling kota Semarang menikmati panorama budaya dan sejarah kota lama yang menjadi ikon kota Semarang dari pecinta budaya dan sejarah kota Semarang, komunitas Lopen Semarang. Lokasi rumah inspiratif yang terbagi dalam 6 isu, yaitu;
a)    Room Environment menuju ke Biota Foundation, sebuah Yayasan Pelestarian Mangrove di wilayah pesisir kota Semarang, peserta akan diajak untuk menanam 1000 mangrove di wilayah pesisir mangkang, Semarang.
b)   Room Education menuju ke SLB Negeri Semarang, SLB yang menjadi inspirasi banyak orang normal. Kaya prestasi dan mendobrak batas-batas kewajaran merupakan ciri khas SLB Negeri Semarang.
c)    Room Business Development menuju ke Jaringan Rumah Usaha, sebuah komunitas pendamping bisnis (UKM) yang berbasis pemberdayaan melalui social entrepreneurship.
d)   Room Health Care menuju ke Panti Asuhan Cacat Ganda Bhakti Asih.Panti asuhan yang menampung anak-anak cacat ganda yang tulus turut menyembuhkan mereka.
e)   Room Art&Culture menuju ke Sanggar dan Cagar Budaya Sobokarti. Menjadi tempat pelestarian tertua di Jawa Tengah menjadikan Sobokarti sebagai tempat belajar budaya Jawa.
f)    Room Human Right menuju ke The School of Life Foundation. Yayasan sekolah kehidupan merupakan tempat bernaungnya orang-orang terbuang dan tidak diinginka, disinilah peserta akan belajar mengenai makna hidup sesungguhnya.

-      Networking Night, suatu agenda yang terdapat integrasi guna membutuhkan kekuatan jaringan sesama delegasi FLS 2013, selain itu peserta delegasi juga disuguhkan pemnetasan seni dan budaya sembari menumbuhkan jaringan yang berlokasi di Amartapura Grand Ballroom, Grand Candi Hotel, Semarang
-       Youth Fair merupakan expo berbagai komunitas, bisnis dan berbagai macam produk yang dihasilkan dari tangan-tangan kreatif anak muda.
-      Room Summit, 300 peserta utama akan dibagi kedalam 6 ruangan yang terbagi ke dalam enam isu yang sesuai dengan ketertarikan peserta untuk berdiskusi dengan pembicara yang berkompeten dibidangnya masing-masing serta telah melakukan kontribusi terhadap lingkungan sesuai dengan bidangnya.

-       Grand Summit sebagai puncak acaranya dengan menghadirkan 13 pembicara yang kompeten di bidangnya masing-masing. Para pembicara diharapkan akan menjadi obor yang menyalurkan api semangat perubahan kepada para young leader, sebutan untuk para peserta FLS 2013, dalam sesi-sesi yang dirancang penuh kreativitas dan keunikan. Tahun ini, FLS mengambil tema“Integrating Youth Action for Nation” dimana panitia berharap terselenggaranya FLS tahun ketiga pada tahun ini dapat mewujudkan integrasi antar pemuda untuk bersama-sama memupuk semangat gotong royong mewujudkan perubahan positif untuk Indonesia.

GIFTED SEBAGAI ASET BANGSA


Apakah Anda pernah menonton, membaca komik, dan yang lainnya tentang kehebatan Spiderman, Batman, Superman dan pahlawan super-super lainnya? Siapa yang sudah pernah menonton, ‘Man of Steel’, ‘Dark of Knight’, ‘Spiderman versi 1-3’ dan sebagainya? Saya yakin menebak pasti sudah. Secara kisah kehebatan pahlawan super tersebut banyak sekali selain menginspirasi, ada yang mengidolakan, bahkan ada juga yang mengoleksi mainan hingga kostum animenya.  Saking menggandrunginya. Namun, sisi lain kalau mengupas kehebatan dari pahlawan-pahlawan tersebut ditinjau dari sisi fiksi sudahlah hal yang biasa bukan. Namun, kalau kita bahas dari sisi nonfiksi alias nyata/berwujud pernahkah kalian sudah membaca headline koran Sindo pada hari Minggu, 28 Juli 2013?

Benar sekali. Terdapat sebuah berita mengenai kisah Manusia-Manusia Super, bukan super dalam hal fisik/jasmaniah tetapi super dalam hal ‘kemampuan otak’. Kecerdasan yang dimiliki dalam meraih sejumlah gelar akademik dari berbagai bidang keilmuan mampu diraihnya dengan cepat, baik, dan mumpuni. Hal ini terangkum dalam sebuah rubrik Periskop halaman 14, “Penyandang Gelar Akademik Terbanyak di Dunia” Lalu, siapa sajakah mereka? Mereka diantaranya; Hardial Singh Sainbhy dari India dengan meraih gelar akademik sejumlah 35 buah, RK Rai dari India meraih gelar akademik sebanyak 30 buah, Michael Nicholson dari Amerika Serikat meraih gelar akademik sebanyak 27 buah, Ashoka J Prasad Jr dari India meraih gelar akademik sebanyak 19 buah, Benjamin Bolger dari Amerika Serikat meraih gelar akademik sebanyak 11 buah, Zhou Baokuan dari China meraih gelar akademik sebanyak 9 buah, Michael Griffin dari Amerika Serikat meraih gelar akademik sebanyak 5 buah, dan Daniela Simidchieva dari Bulgaria meraih gelar akademik sebanyak 5 buah. Penyandang banyak gelar akademik juga terdapat di Indonesia. Meski tidak banyak, kecenderungan serupa mereka saat ini sudah menjadi sebuah fenomen mereka adalah Welin Kusuma dengan 22 gelar akademik, dan Aggy Tjetje dengan 8 gelar akademik.

Tulisan kali ini sedikit membedah artikel tersebut dari sudut pandang pendidikan. Secara akademik, mereka yang memiliki kemampuan diatas rata-rata hingga meraih lebih dari 20 hingga 30 gelar akademik sesuatu yang perlu diapresiasi karena hal itu juga merupakan hak asasi mereka dalam mencapai impian/target tersebut. Dalam dunia ilmu pendidikan, mereka termasuk dalam sebutan “gifted”.  Istilah gifted pertama kali diperkenalkan oleh Guy M Whipple dalam Monroe’s Encyclopedia of Education untuk menunjukkan keadaan anak-anak yang memiliki kemampuan supernormal (Henry, 1920 dikutip dari Passow, 1985 Vol 25 No.1)[1]. Berbagai istilah yang menunjuk pada keadaan gifted sebelumnya bermacam-macam. Seperti yang digunakan oleh William T.Haris tahun 1868 di St.Louis yaitu pupils of more than average capability, brilliant children, pupils of supernormal mentality, dan gifted. Demikian pula, ketika melakukan studinya di tahun 1869, Galton menggunakan istilah eminence, sedangkan Hollingworth (1926) menggunakan istilah gifted dan talented.

Menurut Hagen bahwa istilah gifted ditujukan untuk orang dengan kemampuan akademis tinggi dan istilah talented untuk orang dengan kemampuan unggul seperti dalam bidang seni, musik, dan drama. Masalah anak berbakat telah lama menjadi perhatian masyarakat dalam budaya manapun. Dengan mengetahui sejarah pembinaan anak berbakat (gifted), dapat diketahui pula hal-hal yang dilakukan orang sejak zaman dahulu terhadap anak berbakat tersebut. Misalnya, pada bangsa Yunani, khususnya di kalangan kelas menengah ke atas, anak laki-laki disekolahkan untuk dapat membaca, menulis, berhitung, dan sebagainya. Setelah anak meningkat besar, guru-guru professional dipanggil ke rumah untuk memberikan bimbingan matematika, logika, retorika, budaya umum dan keterampilan berdebat.

Dalam bukunya yang berjudul Republic, Plato memaparkan pandangannya tentang anak berbakat intelektual. Menurut Plato, ada tiga jenis manusia, yaitu jenis emas, jenis perak, dan jenis perunggu[2]. Tiap-tiap jenis ini mempunyai peran tersendiri dalam masyarakat yang berbeda satu dengan yang lain. Jenis manusia emas adalah jenis manusia unggul, yang mempunyai kelebihan daripada jenis lainnya sehingga dikatakan oleh Plato anak-anak dari jenis emas ini sangat memerlukan pendidikan khusus dan amat diperlukan oleh negara untuk menduduki posisi yang penting. Plato menyebutkan bahwa kemampuan lebih yang dimiliki seseorang adalah suatu gift, yakni karunia dari Tuhan yang tidak boleh disia-siakan dan karena itu perlu diperhatikan khusus.

Penulis mengemukakan bahwa perilaku berbakat terdiri dari perilaku yang mencerminkan adanya interaksi dari ketiga kluster ciri dasar manusia yang meliputi:
1.      Kemampuan baik di atas rata-rata/kemampuan umum:
Kemampuan tingkat tinggi dalam berpikir abstrak verbal dan numeral, hubungan spasial, ingatan, dan kelancaran kata-kata. Proses informasi yang otomatis, cepat, akurat, dan selektif dalam pencarian informasi.
2.      Kreativitas :
Kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir. Peka terhadap detail, cita rasa seni dalam gagasan dan segalanya, mau bertindak dan bereaksi terhadap ransangan luar serta gagasan dan perasaan orang lain.
3.      Tanggung jawab pada tugas / task commitment:
Kluster ketiga dari ciri yang konsisten ditemukan pada orang yang tergolong kreatif produktif adalah memiliki tanggung jawab, suatu bentuk halus dari motivasi. Melalui autobiografi, diungkapkan secara jelas bahwa salah satu faktor kunci keberhasilan orang tersebut adalah kemampuan mereka untuk secara total terlibat dalam pekerjaan yang ditekuni untuk waktu yang lama.

Kondisi pendidikan anak berbakat atau talented di Indonesia :
1.      Belum adanya lembaga khusus
2.      Belum adanya kurikulum khusus
3.      Pembelajaran berfokus pada daya serap materi
4.      Subsidi pemerintah sangat terbatas

Anak berbakat merupakan kekayaan masyarakat yang memerlukan pendidikan yang berbeda dari anak lain. Menurut John Fredrich Feldhusen (1985a) menyebutkan, perlunya anak berbakat intelektual diberi pendidikan khusus dengan alasan kebutuhan aktualisasi diri. Penulis mengutip kesimpulan pandangan Barbara Clark (1983) menyebutkan beberapa alasan  anak berbakat (gifted) membutuhkan pendidikan khusus :
1.      Keberbakatan muncul dari proses interaktif dimana tantangan dari ransangan lingkungan membawa keluar kapasitas yang dimiliki diri sendiri dan memprosesnya.
2.      Anak berbakat dapat segera menemukan gagasan dan minat mereka yang berbeda dari anak sebayanya.
3.      Kontribusi anak berbakat pada masyarakat berada pada seluruh aspek kehidupan, dan proporsional di dalam keseluruhan.

Dengan alasan-alasan tersebut dapatlah dilihat bahwa pemberian pelayanan pendidikan khusus bagi anak berbakat intelektual mencakup baik untuk dirinya sendiri maupun untuk lingkungan sekitarnya, masyarakat dan bangsa.

Referensi:

Anggai,dkk.2010.Psikologi Sosial.Jakarta: Lab.Sosial Politik UNJ

H.A,Reni.2005.Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes.Jakarta: Grasindo




[1] Reni Akbar Hawadi.Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes.(Jakarta:Grasindo,2005), hlm. 45-46
[2] Ibid hal 31-32

# PUISI - 1

DETIK

Suara melambai dengan giat
Hidup rantau bagai angin
Pasir mengendus menapilkan aroma
Menyapu bersih desiran wajah
                                    Hilang rona wajah putih
                                    Tidak semerbak yang indah
                                    Lihat daun berguguran
                                    Menepis diatas jalan bertapa
Bersyukur bergelimangan keakraban
Sahdan indah merdu tak tergantikan
Berkumpul buah yang indah
Satu hari tak kerasa
                                    Waktu adalah detik
                                    Detik punya makna
                                    Tendensius yang menggelora
                                    Berpikir arif untuk menerpa
Lirh duhai sentosa
Manis madu diolah rasa
Syukur nikmat indah
Menghargai kunci jalannya     
                                    Yakin aku memperolehnya

                                    Menghargai detik setiap waktu

Mukjizat dari Tanah Afrika





Data Buku:
Judul Buku       : Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
ISBN               : 9786021835128
Penulis             : Mujahidin Nur
Penerbit           : Zaytuna
Halaman          : 116 halaman

Sudahkah Anda membaca buku “Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang” ? pasti pertama kali membaca akan menyangkal ini pasti hoax atau ketidakmungkinan bukan? Saya pun awal pertama membeli buku ini pun sungguh tidak terlalu percaya, namun atas dasar ketidakpercayaan yang menimbulkan rasa ingin tahu saya, selain itu buku ini pun sudah best seller secara nasional. Penilaaian saya saat itu, pasti buku ini memiliki daya tarik yang begitu luar biasa, baik dilihat dari substantif maupun yang lainnya, sehingga menjadi jodoh bagi yang membacanya.

Syarifudin khilafah – sebuah nama hasil dari mukjizat Tuhan Semesta Alam. Suatu kondisi yang begitu luar biasa menurut saya. Dikarenakan persitiwa ini terjadi bukan di Indonesia, melainkan di luar Indonesia, tepatnya di benua hitam – julukan benua Afrika. Syarifudin Khilafah lahir dari sebuah keluarga kristen khatolik bertempat tinggal di daerah Arusha, Tanzania. Arusha merupakan kota kecil yang terletak di benua Afrika bagian timur, ia merupakan kota yang menjadi bagian dari sebuah negeri cantik beriklim tropis, Tanzania. Nama Tanzania sendir diambil dari nama sebuah danau yang sangat terkenal di negeri tersebut yakni danau Tangayika, yang merupakan salah satu tujuan wisata favorit baik domestik maupun mancanegara, selain itu pula Zanzibar, Mafia dan Pemba. (hlm. 24)

Arusha adalah sebuah kota yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua, mayoritas penduduk kota ini memeluk agama Kristen Anglikan, kemudian agama Yahudi, disusul dengan agama Islam. Dan terakhir agama paling sedikit pengikutnya di kota ini adalah agama Hindu. Dari urutan tersebut diketahui bahwa Islam merupakan agama minoritas kedua di kota ini sesudah agama Hindu. Komposisi ini sangat berbeda dengan kondisi pemeluk keagamaan di Tanzania pada umumnya. Di Tanzania sendiri secara umum sebenanarnya Muslim di sana masih mayoritas. Konon penduduk Muslim di sana mencapai 35% dari 35.922.454. penduduk Tanzania. Di urutan kedua Kristen 30%, dan sisanya 35 % adalah pengikut animisme. (hlm.26)

Dari data tersebut, bukti agama Islam menguat dapat ditelusuri dari sebuah kisah yang termaktub dalam “RIHLAH”. Sebuah kisah perjalanan yang dididektikan mengenai perjalanan-perjalanan pentingnya oleh Ibnu Juzay, seorang sarjana dari Maroko bertemu Ibnu Batutah dalam pertemuannya di Siberia. Rihlah merupakan catatan perjalanan dunia terlemgkap yang ditulis pada abad ke-14. Dalam catatan teresebut diketahui bahwa Ibnu Batuta yang memiliki nama asli Abu Abdullah bin Muhammad pernah singgah di Tanzania pada tahun 1332. Dalam kunjungannya tersebut Ibnu Batuta mengatakan bahwa Islam telah masuk negeri ini (Tanzania) sejak abad ke-8, sebagaimana hal itu juga dikuatkan melalui temuan arkeolog, salah satunya sebuah masjid tua di Kizimkazi, Zanzibar yang dibangun pada tahun 1007, juga koin-koin emas seta tembaga terbitan tahun 830-1n. (hlm. 25) “Namun, tidak dijelaskan secara terperinci apakah dalam kunjungan ke Tanzania itu Ibnu Batuta singgah di kota Arusha atau tidak”. Ungkap penulis.

Gambaran yang sungguh luar biasa dari seorang anak bernama Syarifudin Khalifah, terdapat suatu tanda-tanda mukjizat seperti; ketika berumur 2 bulan, bocah tersebut tidak mau disusui oleh ibunya, kemampuannya membacakan ayat suci Al-Qur’an ketika ia masih berumur 4 bulan,  juga kemampuannya menghafal Al-Qur’an ketika ia berumur 1,5 tahun adalah sebuah keajaiban serta ia mampu memnguasai lima bahasa, yaitu Arab, Inggris, Prancis, Kiswahili, Italia. Kemampuan atas izin Allah tersebut selain memberikan pengaruh kepada orantuanya hingga masuk Islam bahkan juga memberi pengaruh kepada jutaan umat yang non muslim atas hebohnya berita tersebut hingga masuk Islam pula.

Dengan demikian, secara kelebihan nilai dari isi buku tersebut sudah memberikan suatu gambaran perihal terdapat seorang anak bernama Syarifudin Khalifah yang mengislamkan ribuan orang di benua Afrika dan sekitarnya. Namun, secara kekurangan, saya melihat ada beberapa hal, yaitu;
1) buku ini belum memperlihatkan secara detail peristiwa apa yang menyebabkan sehingga Syarifudin Khalifah bisa lahir hingga membawa berbagai mukjizat tersebut.
2) buku ini juga belum memperlihatkan data secara mendetail mukjizat Syarifudin Khalifah terutama hal khusus pengaruhnya dalam menguasai lima bahasa hingga mengislamkan ribuan orang.


GURU GOKIL MELAWAN MODERNISASI MELALUI PENDIDIKAN

RESENSI BUKU

GURU GOKIL MELAWAN MODERNISASI MELALUI PENDIDIKAN
Oleh:
Muhamad Handar

(Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta)


Judul Buku                  : GURU GOKIL MURID UNYU
Penulis                         : J. Sumardianta
Jumlah Halaman          : 303 halaman
Penerbit                       : Bentang Pustaka
Waktu Terbit               : Mei 2013

Buku ini menjadi nutrisi yang bergizi bagi segenap kalangan guru. Sehingga, menjadi guru yang dicintai, dan membuat inspiratif bagi peserta didiknya. Secara substantif, tidak terlalu menggurui malah justru sebaliknya, membuka kontak pandora yang selama ini terkukung oleh sistem pendidikan kita yang terlalu rigid (kaku). Terdapat kisah yang bisa menjadi pedoman sebagai bahan ajar/metode pembelajaran yang asyik dan menyenangkan agar peserta didik larut dalam suasana hiruk-pikuk yang memotivasi, kreatif, inovatif, dan inspiratif.

Dedikasi beliau yang berprofesi sebagai guru selama dua puluh tahun di SMA De Britto, Yogjakarta juga kecintaannya terhadap dunia kolumnis tentu tidak terlepas yang namanya budaya membaca dan menulis. Hal itulah yang menjadi passion beliau, mengutip YB. Mangunwijaya, “Kebudayaan buku menunjukkan keunggulan pribadi. Sendirian orang membaca, merenungkan, mengembangkan daya imajinasi dan kreativitasnya.”

Secara keseluruhan kisah bapak J. Sumardianta mendecak kagum bagi saya. Lantunan kalimat dalam buku “Guru Gokil Murid Unyu” yang begitu mengalir, runut, dan indah sehingga apabila membacanya terbawa dalam sosok kepribadian beliau yang sungguh menginspirasi. Menjawab persoalan pendidikan di Indonesia yang tak kian habisnya, peran guru sangat begitu vital dalam mengubah setiap perilaku murid sebagaimana mestinya. Era digital zaman sekarang, anak-anak muda disebut alay – anak layangan. Generasi galau alias ababil, anak baru labil. Generasi bermental speed boat yang gemar berlari kencang di zona permukaan arus dangkal. Anak-anak zaman sekarang mengalami tantangan, berkaitan dengan pelajaran sekolah yang makin membebani. Mereka juga menghadapi longsoran wibawa nilai-nilai dan runtuhnya norma-norma sosial dalam pergaulan yang membingungkan. Orangtua mengalami tantangan mendidik anak ditengah kecanduan gadget yang meracuni. Guru gokil itu guru hebat yang mampu menginspirasinya menjadi murid unyu. (hlm. xii)

Pesan penutup yang ingin saya utarakan dari buku ini, beliau mampu menjembatani kehidupan murid dengan realitas kehidupan melalui pendidikan yang kreatif dan menyenangkan. Membentuk moralitas dan tabiat yang positif, menjawab tantangan, berpikir kreatif, dan memahami setiap karakter peserta didik dengan perannya sebagai guru hebat. Menurutnya, guru hebat selalu berusaha menjadi pendengar yang baik dan tidak obral bualan di kelas sepanjang waktu.

Agenda Buka Puasa Bersama di Rumah Belajar Avicena, Bekasi


Assalamu'alaykum Wr.Wb.
Bismillah, kami dari pengurus Rumah Yatim Avicenna-Bekasi.
akan melaksanakan Dauroh ilmiah + Baksos + Buka Puasa Bersama Dengan Ana-anak Yatim/Piatu & Dhuafa, Insya Allah dilaksanakan pada :

Hari/Tgl : Selasa, 30 Juli 2013
Waktu: 15.30- Selesai

Adapun rincian baksos sebagai berikut:
1. Ta'jil Rp 3000/kotal x 50 = Rp 150.000
2. Nasi Kotak Rp 10.000 x 50 = Rp 500.000
3. Sembako Rp 30.000 x 50 = Rp 1.500.000
4. Mukena Rp 50.000 x 30 = Rp 1.500.000
5. Sarung Rp 50.000 x 20 = Rp 1.000.000
6. Al-Qur'an Rp 50.000 x 50 = Rp 2.500.000
Total = Rp 7.150.000

Bagi sahabat, yang ingin menginfakan sebagian rezeki buat mereka (invesasi akhirat) bisa transfer ke :
1. BNI cabang UGM, No. Rekening : 0267210684, a.n. Dwi Puji Astuti,
2. Bank BJB KCP Babelan No. Rek. 0026825318100 a/n. TPQ Avicenna
bagi sahabat yang sudah transfer harap konfirmasi ke +62 8975473583
barokallohu fikum



Antisipasi Gizi Buruk Melalui Kedaulatan Pangan di Indonesia

Antisipasi Gizi Buruk Melalui Kedaulatan Pangan di Indonesia
Oleh:
Muhamad Handar

Generasi penerus merupakan agent of change untuk revolusi Indonesia menjadi negara yang lebih baik. Oleh karena itu, generasi yang sehat, cerdas, dan produktif plus ideologis merupakan tantangan utama dalam suatu bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut pembangunan manusia erat kaitannya dengan status gizi dan kondisi kesehatan.
Berbicara mengenai gizi dan kesehatan berarti terdapat korelasi dengan pangan Indonesia. Dikarenakan, ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara agraris yang terdapat berbagai sumber daya alam hayati yang dapat tumbuh sumbur di negeri ini (das sein), namun secara realita justru sebaliknya (das sollen). Salah satu indikator ketidakmampuan suatu bangsa dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya, ditunjukkan dengan nilai impor bahan makanan pokok yang lebih tinggi dari nilai ekspor. Dari data statistik makro pertanian terbaru yang dikeluarkan oleh departemen pertanian menunjukkan bahwa nilai impor makanan pokok masayarakat terus mengalami peningkatan.  Tahun  2009 volume impor beras segar pemerintah 250.225 ton, tahun 2010, meningkat 687,582 ton tahun 2011, berjumlah 2,744,002  ton dan triwulan 1 tahun 2012 volume impor 770,295  ton. Tren peningkatan nilai impor bahan kebutuhan pokok ini menunjukkan masih lemahnya pemerintah dalam menggarap dan mengolah sumber daya alam potesial yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. 
Dampak dari bergantungnya negara Indonesia terhadap impor selain menyebabkan terjadinya kemiskinan, pengangguran dan yang lebih parah dari itu ialah kasus gizi buruk yang semakin kronis. Sebagai contoh kasus gizi buruk yang terjadi di Lombok Timur misalnya, hingga Januari 2011 mencapai 330 orang dengan rincian 130 balita gizi buruk dan 200 balita gizi kurang (VIVAnews.com). Tidak hanya di Lombok Timur, jumlah penderita gizi buruk di Sulawesi Selatan hingga Oktober 2011 dilaporkan 286 kasus meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 150 kasus sehingga jumlahnya mencapai 436 kasus (Tribun Timur.com).
Kedaulatan Pangan Solusi Mengatasi Gizi Buruk

Kedaulatan pangan adalah hak setiap bangsa dan rakyat untuk memiliki kemampuan guna memproduksi kebutuhan pokok pangan secara mandiri. Kedaulatan pangan merupakan prasyarat dari sebuah ketahanan pangan. Ketahanan pangan baru akan tercipta kalau kedaulatan pangan dimiliki oleh rakyat.

Melihat pentingnya kedaulatan pangan yang berhubungan dengan hak hidup sesesorang/warga negara/manusia sehingga pangan tidak bisa dilepaskan dalam kerangka hak asasi manusia. Pengakuan kedaulatan atas pangan sebagai hak asasi manusia mengindikasikan dua hal; di satu pihak adalah pengakuan terhadap kenyataan bahwa pangan merupakan kebutuhan yang demikian penting bagi hidup manusia, di pihak lain perlunya perlindungan kepada setiap orang atas akses untuk mendapatkan pangan. Demi perlindungan tersebut perlu dipositifkan hak atas pangan menjadi hak yang tertinggi dalam bidang hukum yaitu hak asasi manusia. Sebagaimana hak-hak manusia lainnya, negara dengan kewajibannya yang ditimbulkan oleh hak tersebut, negara harus menghormati (to respect), melindungi (to protect), dan memenuhinya (to fulfill).

Pangan merupakan hal yang mendasar bagi penduduk Indonesia, dengan kualitas pangan yang baik ditambah dengan kemudahan untuk mendapatkan pangan tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas potensi sumber daya manusia Indonesia. Dengan pangan yang sehat dan bergizi dapat menunjang seseorang untuk beraktivitas lebih giat dan memiliki daya tangkap yang lebih baik. Lain halnya jika generasi penerus Indonesia adalah generasi yang kekurangan gizi dan kelaparan tentu akan terjadi lost generation dimana kemampuan untuk berfikir dan bertindak dibawah rata-rata disebabkan asupan gizi yang kurang optimal.
Kendala utama yang dihadapi dalam membangun kemandirian pangan Indonesia adalah meningkatkan produksi padi untuk mengimbangi pertambahan jumlah penduduk dan berkurangnya areal lahan sawah. Padi termasuk komoditas strategis dan makanan pokok di Indonesia. Untuk itu Pemerintah, Akademisi dan Praktisi lintas sektoral sudah sewajarnya melakukan usaha-usaha bersama untuk mengatasi kebutuhan pangan Nasional dan berkontribusi dalam mengatasi ancaman Krisis Pangan dunia yang dapat mengancam pada kedaulatan pangan bangsa Indonesia.
Kedaulatan pangan mengatur produksi dan konsumsi pertanian yang berorientasi kepada kepentingan lokal dan nasional, bukan pasar global. Kedaulatan pangan mencakup hak untuk memproteksi dan mengatur kebijakan pertanian nasional dan melindungi pasar domestik dari dumping dan kelebihan produksi negara lain yang dijual sangat murah. Oleh karena itu, petani kecil dan buruh tani harus diberikan akses terhadap tanah, air, benih, dan sumber-sumber agraria lainnya.

Secara lebih kongkrit, ada tujuh prinsip utama untuk menegakkan kedaulatan pangan, antara lain adalah: (1) pembaruan agraria, (2) adanya hak akses rakyat terhadap pangan, (3) penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, (4) pangan untuk pangan dan tidak sekadar komoditas yang diperdagangkan, (5) pembatasan penguasaan pangan oleh korporasi, (6) melarang penggunaan pangan sebagai senjata, (7) pemberian akses ke petani kecil untuk perumusan kebijakan pertanian.

Referensi:

______. 2000. Indonesia Abad XXI. Jakarta: Kompas

Karman, Yonky. 2010. Runtuhnya Kepedulian Kita. Jakarta: Kompas

Sedjatmoko. 1995. Dimensi Manusia dalam Pembangunan. Jakarta: LP3S

Sumarsono, Harlan. 2009. Paradoks Demokrasi. Jakarta: IND HILL CO



Pamflet dan Anak Muda

Mendapatkan sebuah kesempatan, terpilih sebagai presenter dalam menyajikan sebuah hasil kajian saya dalam sebuah forum Mata Muda. Suatu event yang diinisiasi oleh Pamflet. Terpilih enam presenter muda sebagai representatif seluruh Indonesia yang akan menyajikan sebuah karya baik hasil berupa penelitian, diskusi, maupun karya tulis ilmiah. Mereka diantaranya; Liska Rahayu (Yogyakarta), M Erfan Lutfi (Sleman), Muhamad Handar (Bekasi), Langityanto Tri Gezar (Depok), Ryan Fajar Febrianto (Bogor), Imam Ibadullah (Pekalongan), Diana Widyawanti (Palu).  Acara yang berlangsung dari tanggal 27-30 Juni 2013 di Komunitas Salihara dan Teras Kita.



Seputar Pamflet
Secara simplifikasi apa itu Pamflet, dapat disimak sebagai berikut, “Pamflet was established by a group of young people to support Indonesian youth movement and manage its knowledge. This organization focuses on research and study relevant to youth issue and capacity building for young people based on human rights framework. Pamflet is setting up centre of information and documentation for youth issue in Indonesian derived from various perspectives including social, political, cultural, economic, and environmental. From the organization point of view, youth is an independent and active agent who can expand their initiative to generate meaningful change within the society. Thus, Pamflet reinforces youth network consisting of youth based organizations and communities and encourages them to participate meaningfully within the social movement”.
Intinya, Pamflet dengan programnya Mata Muda menjadi suatu kegiatan positif dalam mengapresiasi generasi muda terutama yang sangat menyukai dunia menulis/penelitian, Bekerjasama dengan divisi anak muda Transparansi Internasional Indonesia, menjadikan Mata Muda suatu kegiatan yang berqualified. Mata Muda adalah pekan riset bertema anak muda dan isu-isu sosial budaya seperti Antikorupsi, Demokrasi dan HAM, Lingkungan Hidup, Pendidikan, Toleransi dan Keberagaman. Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi dan sebagainya. Mata Muda bertujuan untuk mendekatkan anak muda dengan kajian dan pengetahuan seputar anak muda dan gerakan sosial di Indonesia. Hakekatnya kegiatan ini menjadi pendorong bagi penggiat anak muda yang expert di bidang ilmiah. Dengan demikian, suatu apresiasi yang begitu luar biasa dan saya menunggu dari kegiatan Pamflet selanjutnya.

Video kegiatan Pamflet - Mata Muda: 





Membumikan Pilar Kebangsaan dalam Segala Aspek Kehidupan

Membumikan Pilar Kebangsaan dalam Segala Aspek Kehidupan

“Sejarah hari ini adalah kreasi masa lalu, sejarah masa depan adalah bagaimana kita membentuknya hari ini. Sebab sejarah adalah pola yang berulang dan mari kita berkarya dalam sejarah hidup kita”
(Inggar Saputra)
Oleh:
Muhamad Handar

Realitas kehidupan tergambar jelas dalam kolosal lembaran hidupku. Memandang segala fenomena yang melintas disegala hulu maupun hilir. Menghiasi fakta dalam sebuah berita yang terpampang melalui media. Tindakan membutuhkan uluran tangan dari pihak-pihak yang sadar bagi dunia ini. Kebuntuan hanya dapat ditemukan apabila tidak ada satu manusia pun yang bermoral dalam hidup ini.
Sketsa itu terlihat jelas dalam kolosal lembaran hidupku sebagai contoh ketika banyak generasi muda atau remaja terlibat aksi tawuran, narkoba, nikah dini, pelecehan seksual dan sebagainya menjadi polemik setiap hari nan padam tanpa henti. Padahal bila berpikir sejenak tumpuan bangsa ini terletak ditangan generasi muda atau remaja. jika berdasarkan data jumlah remaja di Indonesia, sekitar 26,7% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 63,4 juta jiwa (Vivanews, 2012), jumlah yang cukup besar, dari 63, 4 juta jiwa tadi sekitar 58 juta adalah Pelajar (Antaranews, 2012) da sekitar 4,8 juta adalah mahasiswa (Kompas, 2011). Selain itu, jika mengutip data UNFPA, jumlah penduduk Indonesia saat ini, sekitar 60 juta jiwaadalah pemuda.

Aset bangsa ini besar terlihat jumlah pemuda yang begitu besar, bahkan jumlah pemuda Indonesia saat ini hampir menyamakan jumlah penduduk Inggris. Namun, Hal itu berbanding terbalik dikarenakan moralitas ditangan pemuda yang tak kunjung padam, sebagaimana contoh kasus yang terjadi di wilayah Jabodetabek, terdapat 17 remaja tewas dalam tawuran di wilayah Jabodetabek sejak 1 Januari 2012 hingga 26 September 2012 (Tempo, 2012) belum lagi jumlah pelajar yang tewas dikota lain, hal lain yang juga patut diperhatikan adalah kasus seks bebas. Survei Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 33 provinsi dari Januari sampai dengan Juni 2008 didapatkan 62,7% remaja SMP tidak perawan. Sementara menurut Kepala BKKBN Pusat , Sugiri Syarif tahun 2009 dikatakan 22,6% remaja termasuk penganut seks bebas. Berdasarkan data Pusat Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2008 didapatkan tidak kurang dari 2,5 juta kasus aborsi ditemukan di Indonesia setiap tahunnya.

Hal tersebut tidak dapat dibiarkan lebih lanjut, perlu dukungan dari berbagai stakeholder menumbuhkan atau menanamkan kembali budaya moral dan nilai-nilai bangsa yang kini hampir padam melalui membumikan pilar kebangsaan dalam segala aspek kehidupan dikarenakan melalui pilar kebangsaan baik disosialisasikan di sekolah, kampus, masyarakat umum berupa diskusi, seminar, workshop dan sebagainya sebagai upaya meminimalisasi dampak arus globalisasi yang mengancam bangsa ini dari keterpurukan. Rekomendasi lain yakni memberdayakan kembali guru bidang PPKn dalam menumbuhkan semangat rasa nasionalisme dan patriotisme serta membentuk moral bangsa melalui sebuah karya, inovatif dalam pembelajaran dan sebagainya.