KONTRIBUSI BEKASI MEMBANGUN LITERASI






Bekasi sebagai salah satu kota penyanggah Ibu Kota DKI Jakarta, terlepas dari hiruk pikuk berupa banjir dan kemacetan dalam kesehariannya. Mencoba sesuatu yang baru, berupa karya mengawali dinamika perubahan suatu bangsa, bermula dari hal yang kecil dalam ruang lingkup wilayah kota/kab Bekasi melalui kegiatan Journalist Training and Festival 2014 (JourFest 2014) se-Bekasi.

Kegiatan Journalist Training and Festival 2014 merupakan suatu agenda kompetisi dalam rangka memperingati hari jadinya Radar Bekasi yang ke-5, jatuh pada tanggal 19 Januari 2014 bekerjasama dengan Gie-News, salah satu UKM yang terdapat di FKIP Jurusan Geografi Unisma, Bekasi dan Bekasi Urban City sebagai media partner.Dengan temaWajahBekasidalamBingkaiJurnalistik” Journalist Training and Festival 2014 berlangsung dari tanggal 25 Januari – 10 Maret 2014 di lantai 3, Pasca Sarjana Unisma, Bekasi. Selainitu, dengan jargon, “KemasdanKabarkan !” menjadicirikhasjurnalistikmenjadilebihbermaknaJourFest agenda kedua kalinya diselenggarakan, yang pada tahun sebelumnya berhasil terlaksana dengan baik” pungkas panitia saat technical meeting Sabtu, 25 Januari 2014 di Puskotda, Unisma Bekasi.

Sasaran dari kegiatan ini tertuju kepada pelajar dan mahasiswa se-Bekasi. Terpilih 100 peserta JourFest 2014, yang terdiri dari 50 pelajar dan 50 mahasiswa. Agenda ini terdiri dari berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut; a) 25 Januari 2014 – technical meeting, b) 27 Januari 2014 – Workshop Jurnalist Training, c) 29 Januari 2014 –penentuan 50 besar, pembagian kelompok dan mentoring, d) 12 Februari 2014 – deadline pengumpulan tugas kelompok, e) 13-27 Februari 2014 – penerbitan hasil karya 10 kelompok di Radar Bekasi, f) 10 Maret 2014 – pengumuman pemenang.

Selanjutnya, Journalist Training and Festival 2014 dimeriahkan sekaligus disambut baik oleh Wakil Wali Kota Bekasi, Ahmad Syaikhu; Sony Nugratama H, Kajur Geografi Unisma Bekasi; Teater Korek;Tari Topeng Bekasi dan Sastra Kalimalang serta narasumber dari Radar Bekasi.  


Upaya sebagai wadah dalam meningkatkan budaya literasi (baca tulis_red) dan kompetisi global dalam persaingan perdagangan bebas, tentunya peningkatan kualitas SDM harus ditingkatkan. Hal senada diungkapkan oleh Sony Nugratama H bahwa dalam menghadapi persaingan AFTA 2015 perlu SDM yang handal dan berkualitas, salah satu langkah kecil yaitu memupuk kompetisi melalui jurnalistik dengan pendekatan skeptis dan kritis. 

Hal tersebut diperkuat pernyataan oleh Wakil Wali Kota Bekasi, dalam sambutannya, “Jurnalistik dalam definisi sederhana merupakan suatu catatan keseharian. Bagaimana agar menjadi triger, yaitu mengasah dengan diskusi, belajar pada senior, pakar dan sebagainya.”
Langkah positif ini harus terus digiatkan, Harapan kegiatan ini dapat menjadi prestasi besar dan turut serta berkontribusi dalam menyambut ultah Bekasi ke-17 jatuh pada 10 Maret 2014”. Tambahnya. (Han)

Surat Untuk Mangrove - Presiden KeSEMat




Yth:                                                                                                  Bekasi, 23 Januari 2014
Presiden K
eSEMat
Di tempat

Assalamualaikum WR. WB
Salam sejahtera bagi kita semua,

Perkenankanlah saya untuk memberikan sebuah pendapat atas rasa kegelisahan saya terkait fenomena lingkungan yang tak berdaya di Indonesia. Bukan maksud menggurui, tetapi lebih kepada berdasarkan aspek kecintaan terhadap lingkungan dan meruwat ide/gagasan yang bisa dapat diterima dalam semua kalangan demi Indonesia lestari akan lingkungan. Sebagai agen perubahan bangsa, ikon terpenting mengawali dinamika perubahan suatu bangsa melalui kontribusi yang dapat menyebar virus optimis dan semangat kebersamaan melalui anak muda dan sekitarnya.

Bumi merupakan hunian makhluk hidup berada. Segala kandungan, keberkahan, dan anugerah atas milik-Nya semua tersedia dengan penuh eloknya pemandangan yang kita lihat baik berupa laut, pantai, pegunungan dan sebagainya mewarnai keeksotikan tersendiri bagaimana keindahan itu memancar. Namun, dibalik keeksotikan tersebut, tentu pula ada sisi dampaknya baik disebabkan oleh faktor alam maupun manusia.

Makhluk hidup tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Daya dukung lingkungan sangat berpengaruh bagi semua makhluk hidup termasuk manusia, dalam melangsungkan hidup dan kehidupannya. Ironinya, menurunnya daya dukung lingkungan seringkali terjadi karena perilaku penghuninya itu sendiri, terutama manusia, karena makhluk hidup selainnya tidak pernah dan tidak mampu melakukan tindakan destruktif – revolutif terhadap lingkungan.

Tindakan manusia atas lingkungan hidupnya didorong oleh berbagai tujuan, dari yang paling primitif, untuk melangsungkan kehidupannya semata, hingga yang paling modern, yakni untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi dan finansial.

Pada mulanya, terutama terkait tujuan ekonomi dan finansial, manusia tidak menyadari bahwa tindakannya terhadap lingkungan dapat mengubah tatanan ekosistem global. Secara alamiah alam semesta, senantiasa mempertahankan keseimbangannya. Apabila terjadi perubahan esktrim, ia akan berusaha mencari keseimbangan baru. Perubahan tatanan ekosistem global yang disebabkan oleh intervensi manusia nampaknya menjadi pemicu pencapaian keseimbangan baru yang dapat bertendensi buruk bagi kehidupan makhluk hidup dalam jangka panjang. Sebut saja salah satunya yaitu pemanasan global.

Pelopor eksploitasi besar-besaran atas sumberdaya lingkungan tidak lain adalah negara-negara maju. Kesadaran yang timbul sesudahnya mendorong mereka melakukan berbagai inisiatif pelestarian lingkungan dan penghematan sumberdaya, salah satunya dilakukan World Wide Fund for Nature melalui program earth hour setiap tanggal 31 Maret.

Namun, upaya pelestarian lingkungan hidup tidak cukup dengan itu dan hanya oleh negara maju, mau tidak mau semua negara di bumi ini harus bahu membahu melestarikan lingkungan hidupnya kalau tidak ingin daya dukung lingkungan semakin merosot dan memperburuk kualitas hidup penghuninya. Tidak terkecuali Indonesia yang dikenal sebagai negeri kaya akan keanekaragaman hayati dan hewani.

Keindahan alam Indonesia yang tidak tepermanai dan kekayaan alam yang berlimpah ruah sungguh merupakan karunia tetapi juga sekaligus rawan bencana hal ini dikarenakan letak geografis Indonesia berada di kawasan cincin api (ring of fire) yang selalu bergejolak. Negeri ini bahkan menjadi tempat pertemuan lempeng kulit bumi yang dinamis yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik serta sebagai negara besar dengan gugus kepulauan yang membentang di lingkungan lautan.

Pada semester pertama bulan Januari 2014 ini, dapat kita melihat, merasakan info dari media massa  berbagai fenomena alam yang terjadi, seperti erupsi Gunung Sinabung, banjir bandang di Manado, dan banjir yang hampir melanda di seluruh Indonesia. Tak terkecuali banjir yang melanda di beberapa wilayah pantai utara (pantura) Jawa Barat dan Jawa Tengah semakin meningkat. (Sindo, 22 Januari 2014)
Pesisir pantai utara (pantura) merupakan wilayah yang padat aktivitas, baik aktivitas manusia, industri, maupun ekonomi. Konsekuensi dari padatnya aktivitas tersebut akan memberikan penurunan daya dukung wilayah pesisir. Kegiatan di wilayah pesisir pantura yang kurang tertata dengan baik menyebabkan kerusakan wilayah pesisir. Salah satu indikator kerusakan wilayah pesisir adalah mulai berkurangnya luasan lahan mangrove.
Kerusakan wilayah pesisir sebagian disebabkan oleh pembukaan ekosistem mangrove menjadi areal pertambakan, pemukiman, industri dan lain-lain. Ditambah dengan fenomena abrasi pantai, berdasarkan sumber dimana tercatat sampai dengan akhir tahun 2010, wilayah pesisir di Provinsi Jawa Barat yang mengalami abrasi/erosi pantai diperkirakan seluas 1.190 Hektar, sedangkan untuk wilayah Bekasi kerusakan akibat abrasi pantai kurang lebih seluas  109 Hektar atau hampir 10 persennya dari wilayah propinsi Jawa Barat. Jika tidak diantisipasi, kelak akan menambah rentetan bencana ekologi bagi makhluk hidup di sekitarnya, dan menjadi tamparan pula yang dahulu Indonesia dikenal sebagai “paru-paru dunia.”
Lalu bagaimana mengatasi hal tersebut? Dan solusi agar tidak kembali jatuh ke dalam lubang yang sama. Salah satu cara agar dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan yaitu pendidikan. Sebagaimana kita ketahui, mangrove merupakan tanaman pantai yang mempunyai manfaat ekologis, maupun ekonomis. Manfaat ekologis seperti: pelindung garis pantai dari abrasi, mencegah intrusi air laut ke daratan dan  tempat berpijah aneka biota laut. Sedangkan manfaat ekonomis seperti : penghasil bahan baku kertas, kosmetik, tekstil, pariwisata, dan komoditas perikanan (udang dan kepiting).
Sebuah ide atau gagasan yang saya bisa rekomendasikan, yaitu WIDUNGWisata Edukatif Mangrove. Sebuah upaya dengan tujuan dapat meningkatkan kepedulian, kelestarian, dan kecintaan terhadap lingkungan yakni optimalisasi mangrove kepada pelajar/mahasiswa serta masyarakat umum. Tentunya konsep WIDUNG disini dapat diselipkan dalam suatu mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di sekolah dan universitas.
Bentuk dari konsep tersebut berupa bakti sosial dan pendidikan (baksospend), #SaveMangrove – penanaman bibit pohon mangrove di wilayah pesisir, serta yang paling penting dapat berupa project sosial sebagai tugas akhir dari matapelajaran tersebut yang menambah ragam solusi oleh generasi penerus bangsa.
Dengan demikian, harapan kedepannya perlu sinergitas dari berbagai stakeholder dalam hal ini lembaga keluarga, pendidikan, komunitas dan sebagainya agar tercipta Indonesia yang ramah lingkungan. Petikan terakhir sebagai penutup, mengutip sebuah adagium dari Goenawan Mohamad, “Menjadi Indonesia adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan itu tidak akan sempurna dan ikhtiar itu tidak akan pernah selesai.”

Salam hormat,

Muhamad Handar

"Lomba ini diikutsertakan dalam menulis Surat Untuk Mangrove - Presiden KeSEMat"



GERAKAN PENDIDIKAN OLEH PEMUDA INDONESIA




Generasi muda, sebagai motor pergerakan dan perubahan bangsa, menjadi salah satu aset utama perubahan di negeri ini. Pemuda adalah agen perubahan, lebih dari itu, pemuda adalah aset perubahan. Berbagai gerakan kepemudaan yang lahir dan berkembang saat ini, membawa virus optimisme yang semakin kuat akan arah bangsa di masa depan. Generasi yang kuat dan optimis. Karakter dari individu yang seperti itulah yang dibutuhkan bangsa ini, untuk menciptakan ekosistem perubahan dan sosok kepemimpinan dari tiap-tiap pundak pemuda Indonesia.

Sebagai contoh salah satu gerakan kepemudaan di Indonesia dengan slogan “Muda, Mendidik, Membangun Bangsa”, gerakan kepemudaan yang diinisiasi oleh Youth Educators Sharing Network (Youth ESN), mengajak para pemuda di seluruh Indonesia menciptakan suatu perubahan bangsa melalui bidang pendidikan. Salah satu diantaranya dari kegiatan Youth ESN, yaitu Youth Educators Regional Training 2013 (YERT 2013) yang berlangsung diselenggarakan secara serentak 10 daerah di Indonesia pada tanggal 28-29 Desember 2013.

Youth educators regional training (YERT) merupakan sebuah pelatihan regional tentang langkah sederhana namun berdampak besar yang dapat dilakukan oleh para pemuda/pemudi Indonesia untuk menjadi seorang pendidik yang bisa memajukan pendidikan di Indonesia. Tahun 2012 lalu, Youth ESN telah sukses menyelenggarakan YERT 2012 di 4 kota: Lampung, Malang, Tangerang, dan Temanggung. Di tahun ini, sebagai wujud aksi nyata atas diadakannya NFEC 2013 yang telah diselenggarakan pada tanggal 26-27 Oktober 2013, YERT akan kembali lagi dengan memperluas daerah jangkauan, sehingga diharapkan agar semangat mendidik muda bisa tersebar lebih luas lagi. Dengan mengusung tema Education to Employment: What Would (Youth) Educators Do?, YERT 2013 akan diselenggarakan di sepuluh wilayah yaitu Aceh, Palembang, Lampung, Jakarta, Solo, Yogyakarta, Malang, Bali, dan Lombok Barat. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama panitia YERT 2013 dengan pemuda/i lokal yang peduli dan ingin berkontribusi pada perkembangan pendidikan.

Jakarta sebagai salah satu regional dilaksanakan YERT tahun ini memiliki peranan penting dalam perkembangan dan kemajuan Indonesia yang notabennya merupakan Ibu Kota Negara Republik Indonesia yang salah satunya dapat diwujudkan melalui pendidikan. 

Menurut data BPS provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012, pengangguran di Jakarta mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu orang dibanding dengan jumlah angkatan kerja Agustus 2011 yaitu 5,14 juta orang. Data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, pengangguran di Jakarta terus beartambah banyak. Menurut BPS, hal tersebut disebabkan karena kenaikan upah buruh yang menyebabkan buruh di PHK. Selain itu, banyak imigran yang datang ke Jakarta turut berkontribusi terhadap angka pengangguran. Selain itu, tak sedikit dari pengangguran tersebut yang merupakan lulusan perguruan tinggi. Sangat disayangkan, mereka yang memperoleh pendidikan sebagai persiapan menuju dunia kerja masih belum dapat memenuhi permintaan pasar dunia kerja. Hal ini kemudian layak dipikirkan, mengenai apa penyebab para lulusan perguruan tinggi tidak dapat memenuhi permintaan pasar dunia kerja. 

Melalui YERT 2013 ini diharapkan dapat menyadarkan dan mengajak pemuda Jakarta untuk peduli dengan permasalahan pendidikan di sekitar mereka. Selain itu, melalui kegiatan ini peserta juga diharapkan dapat turut berkontribusi dalam pembangunan masa depan masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik melalui pendidikan. 

Dengan demikian, kesimpulan diselenggarakannya kegiatan YERT 2013, diantaranya; a) menumbuhkembangkan paradigma bahwa pendidik bukan hanya guru, sehingga semua orang, terutama anak muda bisa berkontribusi untuk pendidikan dengan berbagai cara, b) melengkapi rekan muda dengan kemampuan dasar mendidik untuk dapat dikembangkan dan diaplikasikan berdasarkan kebutuhan di lokasi masing-maisng, c) menghubungkan pendidik-pendidik muda dari berbagai daerah untuk berbagi dan terkoneksi sebagai jalan informasi dan pembangunan berkelanjutan. Salam dari pemuda turut akan perubahan suatu bangsa. Muda, Mendidik, Membangun Bangsa !