Bergulat
memfungsikan diri menjadi sesuatu yang bermakna bagi lingkungan sekitar. Berorientasi
kedepan sebagai langkah menuju/melanjutkan visi dan misi selanjutnya, namun
juga tak lupa dibalik menjalankan visi dan misi tersebut kita harus belajar
dari sebuah pengalaman (flashback_baca).
Karena pengalaman merupakan guru yang paling berharga. Sebagai manusia yang
haus akan ilmu, sejatinya dalam menempa diri kita menuju to be hero, terkadang hambatan yang disertai batu kerikil, badai
yang melintang, tembok yang besar dan lain sebagainya mampu kita lawan jika
kita ingin berada diatas puncak gunung. Maksudnya, setiap manusia pasti
mempunyai impian baik bersifat jangka pendek, menengah, maupun panjang. Dalam meraih
impian tersebut butuh pengorbanan besar agar sukses meraihnya.
Dalam
tulisan ini, saya tidak akan terlalu membahas mengenai kesuksesan. Kesuksesan mempunyai
definisi yang berbeda/sudut pandang yang berbeda dilihat darimana kalian
melihat. Tulisan ini hanya sebuah renungan bagi pribadi saya dalam menapaki
hidup, bukan meradang nasib. Tapi, ingin lebih kepada suatu intropeksi dalam
pergulatan yang sudah saya lakukan. Dalam hal ini pula, suatu renungan tersebut
berpijak dalam umur rentan saya di kisaran 23 tahun. Suatu umur yang sepatutnya
ingin saya kontribusikan bagi sesama dalam perubahan menuju Indonesia lebih
baik.
Namun,
sebelumnya saya turut mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah
memberikan suatu kritik/saran, pujian, dan ucapan selamat baik melalui sms,
sosial media, maupun face to face. Rasa
haru dan bangga turut menyelimuti hati saya. Kilas balik dalam tataran usia
tersebut, menjadi sebuah cerminan dalam setiap aspirasi dan kontribusi yang
sudah saya pernah lakukan dalam setahun ini. Well, rasa semerbak tersebut semakin bertambah. Dikarenakan apa? Karena,
hari jadi lahirnya saya juga bertepatan jatuhnya bulan suci kemenangan, HARI
RAYA IDUL FITRI 1434 H.
Momentum
semakin kuat dalam berkontemplasi meracik bumbu-bumbu hingga menjadi sebuah
makanan yang lezat dan sedap. Selain itu, tanggal 8 Agustus yang merupakan hari
kelahiran saya dan bertepatan pula dengan jatuhnya HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H
melalui keputusan sidang Isbat pada hari Rabu, 7 Agustus pukul 18.30 WIB oleh Menteri
Agama Republik Indonesia juga terdapat ceremonial
yang tak kalah dahsyatnya. Karena ceremonial
tersebut sudah dikukuhkan bersama dalam membangun komunitas se-Asia Tenggara
demi terwujudnya perdamaian, keamanan, dan sebagainya. Komunitas tersebut
bernama ASEAN yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus Tahun 1967 di Bangkok,
Thailand.
Sebuah
ihwal yang menandakan Pertama, rasa wujud syukur atas nikmat-Nya yang telah
diberikan, baik nikmat iman, ihsan maupun islam. Kedua, sebagai agent of change terus
berkontemplasi/berdialektika demi membangun perubahan Indonesia lebih baik.
Ketiga, menjadi pelopor/leader membawa nama harum bangsa Indonesia melalui
sebuah karya yang inovatif, kreatif dikancah Internasional terutama dalam hal
khusus Komunitas ASEAN 2015. Dengan demikian, ketiga ihwal tersebut yang
menjadi alarm bagi saya dalam merealisasikan
program jangka pendek-panjang demi terciptanya suatu Indonesia yang berdaulat.
sebagaimana
mengutip adagium Goenawan Mohamad, “Menjadi
Indonesia adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi
bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan itu tidak akan sempurna dan ikhtiar
itu tidak akan pernah selesai.” Saatnya kepada agent of change mari bersiap untuk berpikir global, bertindak
lokal.