Oleh:
Muhamad
Handar
Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Jurusan Ilmu Sosial Politik Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Jakarta
Meskipun
sudah tiada, namun karyanya dan semangat patriotik masih terus membumi hingga
saat ini. Tengok saja seperti, ‘Dari Penjara Ke Penjara’; Madilog, Gerpolek,
Aksi Massa dan lain sebagainya yang merupakan karya autobiografi dari sebuah
adagium “revolusi memakan korban anaknya sendiri.” Siapakah beliau? Betul,
beliau adalah Tan Malaka.
Ketertarikan
penulis terhadap sosok Tan Malaka yakni terhadap ide pemikiran pendidikan yang
beliau tuangkan dalam suatu karyanya yaitu ‘MADILOG’. Dilihat dari sejarahnya
sebelum Tan Malaka terjun ke dunia pergerakan politik, beliau awalnya seorang
pedagogi (pendidik). Sebuah ihwal konsepsi pendidikan yang mampu
mengejewahtakan transformasi pendidikan berpikir secara integratif dan
menyeluruh yang menurut penulis mampu memajukan budaya literasi di Indonesia
dan menjadi bangsa yang beradab baik secara moril maupun spiritual.
Ketika
pendidikan di Indonesia yang semakin semrawut hal itu diidentifikasikan
seperti, maraknya tawuran antarpelajar, krisis moralitas, hilangnya budaya rasa
malu dan sebagainya. Akibat salah urus pendidikan dibuktikan dengan bergantinya
kurikulum, kemampuan guru yang masih minim memiliki jiwa among, sertifikasi
hanya menjadi obral belaka karena yang di incar hanya sekadar gaji, namun tidak
mengangkat aspek dari segi profesionalitas seorang guru serta pendidikan hanya
mengejar nilai ketimbang moralitas atau karakter. Dengan demikian, refleksi
pendidikan Tan Malaka perlu diperjuangkan kembali dan harus tertanam dalam jiwa
seorang pendidik. Sehingga suatu saat nanti pendidikan di Indonesia mampu
terunggul dari pendidikan berbagai dunia lainnya.
More Information:
FaceBook Indonesia Menginspirasi:
FanPage Indonesia Menginspirasi:
Twitter Indonesia Menginspirasi:
Regist On Line:
Web Indonesia Menginspirasi:
0 Comments:
Posting Komentar