Kereta Api Ekonomi Progo: Das Sein
dan Das Sollen Menjamah Pelayanan Masyarakat
Oleh:
Muhamad Handar
Oleh:
Muhamad Handar
Tulisan
ini berawal ketika penulis bersama rekan penulis ingin menghadiri event Heritage Camp 2013 di Pondok
Pemuda Ambarbinangun, Jogjakarta. Acara tersebut berlangsung dari tanggal 22-25
Februari 2013, dihadiri oleh ke-35 peserta terpilih dari seluruh Indonesia yang
memiliki passion di bidang sejarah,
budaya, dan aktif membangun lingkungan.
Sebelum
keberangkatan kami bertiga, Tedhy Vrihatnolo, rekan kami telah membooking kurang lebih 2 minggu
sebelumnya tiket kereta api pulang-pergi memakai kereta api Ekonomi Progo
dengan jurusan Pasar Senen-Lempuyangan dan begitu pula sebaliknya. Hingga tiba
saatnya jadwal keberangkatan kami ke
tempat jadwal pemberangkatan pada hari Kamis, 21 Februari 2013 jam 20.00 WIB.
Semangat
begitu menggebu untuk segera naik kereta, dikarenakan acara akan berlangsung
esok harinya, Jumat, 22 Februari 2013 jam 13.00 WIB. Namun, dari pihak panitia
disediakan penjemputan mengenakan bis, start di stasiun Tugu pada pukul jam
08.00 WIB. Begitu disayangkan dan juga kecewa karena jadwal keberangkatan
kereta api pada tanggal 21 Februari 2013 jam 20.00 WIB, menjadi ngaret 30 menit
sebelum pada akhirnya kereta api akan berjalan.
Situasi
pemandangan di dalam kereta api, penulis cukup terkejut. Karena kereta api
kelas ekonomi biasa yang sebelumnya penulis rasakan dahulu dari segi sarana dan prasarana tidak begitu
terawat. Sekarang yang terjadi, malah sebaliknya begitu bersih, nyaman, dan
terasa excited sekali. Maklum, selama
ini penulis lebih sering mengenakan sepeda motor atau transportasi publik
lainnya semisal, angkot dan busway
menuju kampus atau tempat lainnya. Kereta api penulis jarang menggunakannya,
biasanya kalau lagi ada kegiatan di luar kota yang menempuh jarak jauh.
Akan
tetapi, meskipun dari segi sarana dan prasarana sudah mendukung, namun masih
ada yang kurang yaitu, masalah ketepatan waktu dalam jadwal keberangkatan.
Selama menempuh perjalanan dari Pasar Senen ke Lempuyangan, terjadi peristiwa
entah masa istirahat entah pergantian mengenai jalur antara satu kereta dengan
kereta lainnya. Perisitwa tersebut terjadi ketika tiba di stasiun Cirebon.
Mengalami masa jeda waktu kurang lebih 45 menit berhenti di stasiun tersebut.
Kalau
penulis lihat di alur jadwal keberangkatan dan pemberhentian dari stasiun yang
satu ke stasiun yang lainnnya di dinding kereta api, terjadi di luar dugaan penulis
dalam bahasa sosiologis dikenal, “Das
Sein” dan “Das Sollen”. Tidak
hanya pada saat jadwal keberangkatan, tetapi juga terjadi ketika jadwal
pemulangan penulis bersama rekan penulis dari Jogjakarta setelah mengikuti event tersebut. Asumsi penulis ialah
apakah ia selama ini memang seperti itu atau apa?, mohon diverifikasi.
Dengan
demikian, pada intinya penulis masih sedikit kecewa dengan transportasi publik
khususnya kereta api dalam hal pemberangkatan tidak pada waktu yang semestinya.
Berharap tulisan ini semoga bisa menjadi refleksi bersama dan menemukan solusi
yang komprehensif agar tercipta transportasi publik di Indonesia yang nyaman,
aman, dan tepat waktu.
0 Comments:
Posting Komentar