Bekasi,
10 November 2013 – bertepatan memperingati hari Pahlawan. Terdapat suatu
kegiatan positif yang terletak di Jalan Raya Babelan No.35 RT.04/01 Kelurahan
Kebalen, Kecamatan Babelan, Bekasi, mengisi memaknai ruang kemerdekaan dengan
mendirikan “Perpustakaan Rakyat”.
Hadirnya
perpustakaan rakyat di lingkungan Bekasi, sebagai tindak lanjut dalam mengatasi
kekosongan yang selama ini belum difungsikan dengan baik. Perpustakaan rakyat
berada di bawah naungan Rumah Belajar Avicenna. Pun program-program yang
terdapat di Rumah Belajar Avicenna seperti; setiap
Senin sampai Jum’at digunakan sebagai tempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) /
TK pada pukul 08.00 – 10.00, Bimbingan dan pendampingan belajar pukul 11.00 –
15.00, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) siang pukul 15.30 – 17.30, dan TPQ
malam pukul 18.00 – 19.30.
Perpustakaan
Rakyat merupakan bagian dari salah satu program Rumah Belajar Avicenna.
Sebagaimana fungsi dibentuknya Rumah Belajar Avicenna sebagai wadah multifungsi
yang digunakan sebagai tempat belajar dan pembinaan sekaligus juga sebagai
tempat pembelajaran bagi para volunteer
yang berniat membagikan ilmu dan pengalaman. (Radar Bekasi, 1 Mei 2013).
Ide
dasar terbentuknya Perpustakaan Rakyat, terinspirasi oleh sepak terjang Tan
Malaka dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia atas kolonialisme.
Salah satu cara mengatasi kemelut tersebut yaitu, pendidikan. Pendidikan
menjadi hal inheren dalam kehidupan manusia. Selama peradaban manusia itu ada,
selama itu pula pembahasan tentang pendidikan akan berjalan dinamis.
Kedinamisan melahirkan banyak interpretasi dan kajian pendidikan itu sendiri.
John
Dewey melihat pendidikan adalah proses sosial yang membantu anak dalam
menggunakan kemampuan-kemampuannya sendiri demi mencapai tujuan sosial. Kemudian,
Durkheim dengan optimis meyakini bahwa pendidikan adalah instrumen pembentukan
moral manusia. Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus bisa memerdekakan
manusia dari ketergantungan kepada orang lain dan bersandar kepada kekuatan
sendiri. Lebih lanjut, H.A.R Tilaar menambahkan, pendidikan tidak hanya
menciptakan manusia yang pintar, tetapi juga berbudaya.
Atas
inspirasi sepak terjang Tan Malaka tersebut, pun Perpustakaan Rakyat berhasil dilaunching meskipun sifatnya masih non
formal. Artinya, pengesahan belum secara resmi namun terus berbenah hingga
lebih baik. Hal yang menyebabkan tersebut; minimnya SDM / volunteer, kesibukan masing-masing volunteer dan sebagainya. Namun, pada akhirnya dengan jumlah kurang
lebih 10-15 pemuda – pemudi serta keyakinan moril dan optimis, perpustakaan
rakyat dapat diwujudkan.
Berbekal
dalam memenuhi infrastruktur perpustakaan rakyat terutama buku, para volunteer blusukan ke rumah warga,
menginformasikan sumbangan buku baik melalui sms, door to door, social media dan berbagai cara untuk
bisa memenuhinya. Terdapat lebih dari 200 buku, dengan berbagai genre, sedikit demi sedikit Insya Allah
suatu saat dapat melengkapi setiap koleksi buku bacaan.
Pasca
launching tersebut, mulai tanggal 16
– 17 November 2013 perpustakaan rakyat buka setiap hari Sabtu-Minggu dari jam
09.00 – 17.00 wib diselingi pula baik dengan adanya kegiatan pelatihan,
bimbingan belajar untuk pelajar, keterampilan dan lain-lain tanpa dipungut
biaya dengan tujuan untuk menarik simpati rakyat dalam hal ini generasi pemuda
sekitar agar lebih mengedepankan budaya literasi dalam berkontribusi mewujudkan
pendidikan di Bekasi. Dengan
demikian, harapan untuk kedepannya selain menambah jumlah koleksi buku dan
berbagai perlengkapan lainnya, juga perpustakaan rakyat dapat mengekspansi ke
seluruh wilayah di Bekasi. Amin
0 Comments:
Posting Komentar