SENYAP



Canda, riang, dan gembira tak bergaung seperti biasanya bak sepi menyelubung di hunian saya. Suasana prihatin tapi tidak menyurutkan saya untuk tetap terus bedoa kepada-Nya. Kabar itu datang dari Heni, saudara saya. Dia mengabarkan kepada saya, Hilda harus segera di operasi pada esok Sabtu sore, 22 November 2014 jam 17.00 wib dikarenakan terkena penyakit usus buntu.

Pembicaraan yang hanya berlangsung tiga menit via handphone, dan ketidakjelasan signal yang terhubung sehingga komunikasi yang terjadi tersendat-sendat. Dalam hatiku, mungkin efek signal dari rumah sakit. Setelah pembicaraan berakhir, pun saya segera mengabarkan kepada Ibu saya. Tapi saya ingat, malam ini Ibu saya ada agenda pengajian mingguan. Saya pun menunggu kedatangan Ibu.

Hilda adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, dan Heni ialah anak sulung dari pasangan Bapak Hasanudin (Alm.) dan Ibu Rustiati (Almh.). dalam struktur keluarga dapat dikatakan Bapak Hasanudin, biasa saya panggil beliau Om semasa hidupnya adalah adik dari bapak saya. Dikarenakan takdir telah berkehendak, maka Heni, Hana, dan Hilda diasuh oleh keluarga saya.

Sekitar jam 21.15 wib, akhirnya Ibu saya pun tiba. Langsung saja saya kemukakan pada inti persoalan yang terjadi, dan langsung menghubungi Heni disana. Bla bla bla… keputusan yang saya dengar dari Ibu saya, “ya harus segera di operasi” ujarnya. “Keterangan dokter pun disana mengatakan kondisi tubuh di bagian perut sudah tinggi, kalo tidak ditangani sekarang akan berbahaya nantinya”. Tambahnya.

Singkat cerita, kami pun bergegas menyiapkan pakaian dan lain-lain. “Ya Allah semoga keluarga kami ditabahkan dan diberikan kesabaran dalam menjalani cobaan ini serta diberikan kelancaran dalam menjalani operasi besok” batinku.

***


0 Comments: