REFLEKSI 8 AGUSTUS




Bergulat memfungsikan diri menjadi sesuatu yang bermakna bagi lingkungan sekitar. Berorientasi kedepan sebagai langkah menuju/melanjutkan visi dan misi selanjutnya, namun juga tak lupa dibalik menjalankan visi dan misi tersebut kita harus belajar dari sebuah pengalaman (flashback_baca). Karena pengalaman merupakan guru yang paling berharga. Sebagai manusia yang haus akan ilmu, sejatinya dalam menempa diri kita menuju to be hero, terkadang hambatan yang disertai batu kerikil, badai yang melintang, tembok yang besar dan lain sebagainya mampu kita lawan jika kita ingin berada diatas puncak gunung. Maksudnya, setiap manusia pasti mempunyai impian baik bersifat jangka pendek, menengah, maupun panjang. Dalam meraih impian tersebut butuh pengorbanan besar agar sukses meraihnya.

Dalam tulisan ini, saya tidak akan terlalu membahas mengenai kesuksesan. Kesuksesan mempunyai definisi yang berbeda/sudut pandang yang berbeda dilihat darimana kalian melihat. Tulisan ini hanya sebuah renungan bagi pribadi saya dalam menapaki hidup, bukan meradang nasib. Tapi, ingin lebih kepada suatu intropeksi dalam pergulatan yang sudah saya lakukan. Dalam hal ini pula, suatu renungan tersebut berpijak dalam umur rentan saya di kisaran 23 tahun. Suatu umur yang sepatutnya ingin saya kontribusikan bagi sesama dalam perubahan menuju Indonesia lebih baik.

Namun, sebelumnya saya turut mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang sudah memberikan suatu kritik/saran, pujian, dan ucapan selamat baik melalui sms, sosial media, maupun face to face. Rasa haru dan bangga turut menyelimuti hati saya. Kilas balik dalam tataran usia tersebut, menjadi sebuah cerminan dalam setiap aspirasi dan kontribusi yang sudah saya pernah lakukan dalam setahun ini. Well, rasa semerbak tersebut semakin bertambah. Dikarenakan apa? Karena, hari jadi lahirnya saya juga bertepatan jatuhnya bulan suci kemenangan, HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H.

Momentum semakin kuat dalam berkontemplasi meracik bumbu-bumbu hingga menjadi sebuah makanan yang lezat dan sedap. Selain itu, tanggal 8 Agustus yang merupakan hari kelahiran saya dan bertepatan pula dengan jatuhnya HARI RAYA IDUL FITRI 1434 H melalui keputusan sidang Isbat pada hari Rabu, 7 Agustus pukul 18.30 WIB oleh Menteri Agama Republik Indonesia juga terdapat ceremonial yang tak kalah dahsyatnya. Karena ceremonial tersebut sudah dikukuhkan bersama dalam membangun komunitas se-Asia Tenggara demi terwujudnya perdamaian, keamanan, dan sebagainya. Komunitas tersebut bernama ASEAN yang dibentuk pada tanggal 8 Agustus Tahun 1967 di Bangkok, Thailand.

Sebuah ihwal yang menandakan Pertama, rasa wujud syukur atas nikmat-Nya yang telah diberikan, baik nikmat iman, ihsan maupun islam. Kedua, sebagai agent of change terus berkontemplasi/berdialektika demi membangun perubahan Indonesia lebih baik. Ketiga, menjadi pelopor/leader membawa nama harum bangsa Indonesia melalui sebuah karya yang inovatif, kreatif dikancah Internasional terutama dalam hal khusus Komunitas ASEAN 2015. Dengan demikian, ketiga ihwal tersebut yang menjadi alarm bagi saya dalam merealisasikan program jangka pendek-panjang demi terciptanya suatu Indonesia yang berdaulat. sebagaimana mengutip adagium Goenawan Mohamad, “Menjadi Indonesia adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan itu tidak akan sempurna dan ikhtiar itu tidak akan pernah selesai.” Saatnya kepada agent of change mari bersiap untuk berpikir global, bertindak lokal.



0 Comments: