KEIKHLASAN

      Berbekal dengan sepuluh ribu rupiah, aku pun bersemangat menghadapi ujian yang diadakan sore ini. Ujian yang dimaksud – UAS (Ujian Akhir Semester_red) mata kuliah Bahasa Inggris pada pukul 15.00 wib. Setelah mengantarkan pesanan nugget sayur kepada teman terlebih dahulu di Jakasampurna, Bekasi Barat, Kota Bekasi.

      Yaaahh, selama ini saya juga freelance bagian Marketing di CV Biotek Pangan, Bekasi untuk sedikit tambahan kebutuhan sehari-hari di samping juga sebagai guru privat dan menulis. Alhasil dari pendapatan yang saya peroleh pun berguna untuk berjuang menyelesaikan studi terakhir saya di salah satu PTN di Jakarta.

      Lanjut ke pembahasan awal. Semangat hari ini tidak semanis seperti biasanya. Bukan berarti saya mengatakan bahwa hari ini buruk atau tidak beruntung, namun masih harus lebih diusahakan lebih giat kembali dari hari sebelumnya.

      Jam telah menunjukkan pukul 13.00 wib, setelah mandi, shalat Dzuhur dan sebagainya lalu saya bergegas dan tak lupa pamitan kepada Ibu yang saat itu sedang menyetrika pakaian. Atas doa restu dan supportnya kemudian saya berangkat. Bismillah.

      waktu yang tersisa menuju kampus sekitar 2 jam. Dalam perjalanan hingga menuju depan pasar Swalayan Naga, kurang lebih 20 menit. Sepanjang perjalanan pun, saya merasakan kondisi ban motor bagian belakang yang kurang stabil. Dan benar, kemudian saya langsung menuju ke tempat POM Bensin yang tak jauh dari pasar Swalayan untuk mengisi angin, berharap saat itu hanya kekurangan angin saja, tidak sampai bocor.

      Tiba di depan pengisian tabung bertuliskan ‘Nitrogen’, sejenak bapak yang sedang berjaga depan ATM, berkata “orangnya sedang pergi mas”. Waduh dalam hati saya, padahal saya harus terburu-buru. 2 menit berlalu saya menunggu, tak kunjung juga. Dimana lokasi tambal ban terdekat pak? Tanya saya kepada bapak tersebut. ‘Lurus saja di sepanjang kanan jalan, nanti ada koq’ tukas bapak tersebut.

      Saya bergegas menuju tambal ban terdekat, menghadapi pula contra flow dengan kendaraan lain. Ketika melewati pasar Swalayan, akhirnya saya menemukan juga. Di saar bersamaan saya membutuhkan, tukang bengkel tersebut juga sedang mereparasi motor konsumen yang lain. Ya maklum, karena cuman sendirian.

      Tadinya ingin sekalian ditambal ban motor saya, tapi saya berkeyakinan pada saat itu, hanya perlu ditambah angin agar kembali seperti semula. Dikarenakan, saya cek berapa kali, tidak terlihat paku atau sejenisnya yang menancap di ban motor saya.

      Keputusan saya bulat, “bang tolong isi angin saja ya”.

      40 menit waktu tersisa, melaju dengan kecepatan sedang hingga menengah. 60 km/jam mengenderai motor pasca tambah angin. Alhamdulillah 20 menit berlalu lancar sekali. Tapi tidak tahu kenapa, ketika di pasar Cakung, kondisi yang sama kambuh kembali. Dan kali ini, ban motor mengalami bocor berat.

      Lima ratus meter saya tempuh, saya mendorong hingga sampai menemukan kembali tempat bengkel motor. Setibanya, tukang bengkel tersebut pun langsung mengeksekusinya. Hati mulai gelisah, 10 menit ujian akan dimulai. Saya pun tipe orang yang selalu berusaha tepat waktu. Proses pun belum selesai diperbaiki ban motornya.

      Di saat waktu genting, kebimbangan melanda. Sebenarnya bisa aja terlambat, asal tetap mengikuti ujian. Uang sepuluh ribu yang saya punya pun, sudah mulai kandas. Tidak cukup untuk menambah perbaikan ban motor. Selain itu, bensin yang sudah mulai menipis. Menambah kekalutan sore ini.

      Dompet ada tiga puluh tiga ribu atas hasil penjualan pesanan nugget sayur dua buah kepada temen. Tapi saya bertekad tidak akan menggunakannya karena harus segera diserahkannya. Konflik batin pun terjadi. Lima menit berselang, saya memutuskan kembali ke rumah, dan mengikuti ujian susulan dengan menemui dosen saya esok harinya, serta sebelumnya memohon ijin tidak masuk kepada PJ mata kuliah hari ini.

      Keikhlasan adalah kunci yang terjadi hari ini. Memandang mendapatkan keberkahan atas ujian yang menimpa (ujian kehidupan_red). Saya mempercayai dan meyakini, ada suatu rahasia di balik rahasia yang sudah Allah susun untuk saya suatu hari nanti. Yang terpenting adalah saya mampu lebih berdewasa dalam sikap, mengontrol emosi, membangun moral dan integritas yang baik. Barangkali pelajaran kehidupan tersebut tidak ada di dalam kurikulum kuliah.


***

0 Comments: